TAS ROTAN TERBANG KE JEPANG
Tas wanita umunya berbahan kulit atau kain. Namun, Panut Mulyawiyata memilih bahan berbeda, yakni rotan. Ternyata pilihannya benar. Produknya digemari oleh kaum hawa. Bukan saja wanita Indonesia, tetapi juga perempuan Jepang dan Korea.
Biasanya, orang memanfaatkan rotan sebagai bahan baku pembuatan furniture atau perlengkapan rumah tangga lainnya. Namun Panut Mulyawinata berbeda. Ia mengolah rotan menjadi berbagai ragam tas cantik kualitas ekspor. Dengan sentuhan artistic dilengkapi aksesoris, orang tidak mengira jika tas-tas tersebut terbuat dari rotan.
Ada sekitar 300-an model dan ukuran tas hasil kreasi Panut. Ada yang berbentuk oval, bulan sabit, dan hati. Dilihat dari desainnya yang lebih menekankan pada sisi artistic, tas-tas buatan panut memang bernuansa modis daripada fungsinya. Hampir seluruh produk tas tersebut diperuntukkan bagi kaum wanita. “Dari sekian model yang ada disini, 70 persen hasil desain saya, 30 persennya dari pembeli,” katanya.
SUDAH EKSPOR
Saat ini dengan merk produk Anggun Rotan, dibantu 38 karyawan, setiap bulannya Panut mampu memproduksi dan menjual sekitar 1.300 unit tas. Harga per unitnya variatif, tergantung desain dan tingkat kesulitan pengerjaan. Harga termurah Rp 50.000, sedangkan harga termahal Rp 250.000.
Produk tas buatan Panut tak hanya laku di pasaran dalam negeri, melainkan juga di mancanegara. Sebagaimana ia tuturkan, saat ini 40% produknya diekspor ke Jepang dan Korea, sedangkan pasar dalam negeri 60%. Pasar dalam negerinya, antara lain ke Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali.
“Sejak empat tahun lalu kami lebih banyak mengerjakan orderan. Sebenarnya kemampuan kami memproduksi per bulannya sampai 2.000 unit. Namun demikian, yang bisa kami pasarkan, baik lewat order maupun penjualan langsung, berkisar 1.300 unit,” lanjutnya.
Meski usahanya relative stabil, upaya untuk mengembangkan pasar terus dilakukannya. Selain lewat media brosur, ia juga memperkenalkan karyanya melalui internet dan pameran. Menurut ia, pameran merupakan sarana promosi paling kuat. Karena di pameran orang bisa melihat langsung produknya. Di pameran pula, biasanya media massa akan melihat dan kemudian mewartakan. “Itu rangkaian promosi yang berawal dari pameran. Tapi intinya, alat promosi terbaik adalah kualitas produk. Jika kualitasnya bagus, ya akan mengundang minat orang untuk membeli,” jelasnya.
Berkat usahanya, Panut pernah mendapatkan beberapa penghargaan dari pemerintah. Di antaranya penghargaan dari Dinas Perdagangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Program Kemitraan Bina Lingkungan Award 2009 dari Kementerian BUMN. Selain itu, tempat usahanya juga kerap menjadi tempat praktik kerja lapangan siswa maupun mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Selama mengelola kerajinan tas rotan, Panut mengaku tak pernah menghadapi kendala serius dalam hal pemasaran. Yang justru kerap ia alami adalah hambatan cuaca. Seringnya turun hujan dan hawa dingin menyebabkan proses pengeringan terganggu. “Rotan itu kan rentan lembab apalagi basah. Jika cuacanya mendung apalagi hujan, seperti baru-baru ini, jelas menghambat proses produksi. Makanya ruang produksi kami buat semi terbuka agar proses pengeringannya lebih cepat,” katanya.
KONSISTEN PADA JALUR ROTAN
Panut, menggeluti usaha kerajinan tas berbahan rotan sejak 2001. Ketrampilan mengolah rotan diperoleh dari pengalaman kerja sebelumnya. Jauh sebelum merintis usaha sendiri, dia telah malang melintang ke berbagai kota, bekerja di tempat industry yang mengolah rotan untuk bahan baku furniture.
“Hampir selama sepuluh tahun saya bekerja di pabrik rotan, antara lain berada di Cirebon, Salatiga, solo, Madiun,” jelasnya. Pilihan usaha itu didasari keinginannya mencari pasar baru. Soalnya, menurut pengamatannya selama itu, jarang ada kerajinan tas yang menggunakan bahan dari rotan. Kebanyakan, tas menggunakan bahan baku kulit (sintesis atau asli) dan kain. Sementara rotan lebih banyak dimanfaatkan untuk pembuatan furniture. Lewat terobosan itu, ia berharap dapat menggaet pasar lebih luas.
Dengan modal awal sekitar Rp 25 juta, ia mengawali usaha. Ia dibantu oleh tujuh orang karyawan. Produknya semula dipasarkan dengan cara dititipkan di toko-toko kerajinan di kawasan kota Yogyakarta. Sebagai usaha pemula, memang agak tersendat pasarannya. Itu karena promosi dan desain produk belum variatif. Karena promosinya belum gencar, public belum banyak yang mengenalnya.
Panut tetap konsisten dengan jalurnya, meskipun banyak godaan untuk banting stir ke usaha lain. Apalagi saat itu produk tas buatannya bisa dibilang baru, yang belum memiliki banyak konsumen. Ketekunan dan kesabarannya mulai membuahkan hasil. Sedikit demi sedikit produknya mulai dilirik orang. Pembeli dan pemesan mulai berdatangan.
Tahun demi tahun usahanya kian berkembang, apalagi setelah menggunakan media internet sebagai media promosi. Pada 2005 ia menjadi salah satu mitra binaan PT.Pertamina. selain mendapatkan bantual modal berupa pinjaman lunak, ia juga memperoleh kesempatan promosi melalui berbagai pameran yang didukung oleh salah satu BUMN tersebut. “Selain mendapatkan kesempatan ikut pameran di berbagai kota, kami juga pernah berkesempatan ikut pameran di luar negeri. Antara lain ke Jepang, Inggris, Hongkong, dan Dubai. Pertamina juga membantu dalam hal pembinaan yang menyangkut manajement usaha dan sumber daya manusia,” jelasnya.
Perjalanan usahanya sempat tersendat ketika wilayah Yogyakarta terguncang gempa bumi pada Mei 2006. Bencana tersebut selain membuat lesu pasar, juga berdampak pada lambanya proses produksi karena hampir seluruh karyawannya terganggu oleh proses rekontruksi rumah mereka. Baru setahun paska gempa, usahanya mulai menggeliat lagi hingga kini.
ide bisnis yang sangat menarik gan, terimakasih...
BalasHapusSoftware Kasir Android
Lucky Club Casino Site - Live Dealer Online Casino
BalasHapusLucky Club Casino is an online casino established in 2006. The website offers a large selection 카지노사이트luckclub of games for players from around the globe. Lucky Club is one of