DUIT BERLIPAT DARI BAKSO SEHAT
Sama-sama untung. Begitu prinsip kemitraan yang diusung oleh BR Prabowo, penggagas dan pemilik Bakso Sehat Bakso Atom (BBSA) dalam menjalankan usahanya. Mitra tidak dibebani kewajiban membayar management fee atau franchisee fee. Cukup hasil bersih penjualan dibagi dua sama rata.
Wajah Prabowo, panggilannya, masih terlihat agak serius meski pembawaannya santai ketika Ide bisnis menemuinya beberapa waktu lalu. Ia baru saja ikut memberikan pelatihan pembuatan bakso sehat, kepada guru-guru salah satu SMK di kantor pusat BSBA di Ciputat, Tangerang. “Ini merupakan bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) kami, bagaimana mensosialisasikan pembuatan panganan bakso yang sehat. Bagaimana prosesnya, cara menyajikannya dan lain-lain.”
Prabowo memang tidak main-main dengan kata “sehat” di jualan baksonya. Bisa dibilang BSBA merupakan satu-satunya bakso di Indonesia yang sudah diuji di Laboratorium Kesmavet, Dinas Kelautan dan Pertanian, DKI Jakarta. Hasilnya? Bahwa bakso atom layak dikonsumsi. Pengujian dilakukan setiap tahun. Tidak hanya dari proses produksinya yang dilakukan secara hygienist tapi juga dari pilihan bahan baku baksonya. Daging bakso yang digunakan, menurut istrinya, Istu Prabowo, berasal dari daging sapi berkualitas baik, tanpa limbah daging (hati, jantung, usus, lemak jenuh dan lain-lain).
MEMILIH MITRA
“Tidak hanya sehat, bakso kami juga enak. Apa gunanya sehat tapi rasanya tidak enak,” tambah Istu tersenyum. Karena itu BSBA terus berinovasi mengembangkan varian rasa yang dibuat. Total saat ini ada 12 varian rasa. Diantaranya bakso urat, bakso keju, bakso sumsum, bakso tahu, baksomay, bakso burger dan lainnya yang dijual dengan harga satu porsi Rp 15.000- Rp 20.000. beragam produk bakso inilah yang setiap hari dikirim ke 21 outlet BSBA (15 diantaranya milik mitra) di Jabodetabek dan Bandung. Total produksi bakso BSBA setiap hari bisa mencapai 1.500 butir bakso.
Kemitraan yang dijalankan tidak menggunakan system seperti di bisnis waralaba. “Mitra cukup menyediakan outlet, kami yang mengelola usahanya. Hasil bersih dibagi dua. Tapi mitra harus juga ikut cawe-cawe dalam urusan usaha, paling tidak dalam hal marketing,” tutur Prabowo. Karena itu, ia cukup selektif memilih mitra yang mau diajak kerjasama. Lewat cara bagi hasil ini, banyak mitra sudah balik modal dalam hitungan bulan. Kerjasama mitra dilakukan selama 3 tahun, dan dapat diperpanjang.
Hubungan kemitraan dalam usaha ini bukannya tanpa kendala. Cerita Prabowo, ketika hasil bersih keuntungan masing-masing mendapat Rp 5 juta perbulan belum ada masalah. Begitupun dengan hasil Rp 25 juta. Namun begitu keuntungan bersih yang didapat mencapai Rp 50 juta per bulan, mulailah mitra berulah. Mereka akan membuat usaha bakso sendiri, karena merasa hasil keuntungannya besar, meski masa kemitraan belum berakhir. Biasanya, tambah Istu, hal itu terjadi ketika hubungan kemitraan sudah lewat satu tahun dan mitra sudah balik modal. Karena itu kedepannya, BSBA berencana membuat system baru untuk hubungan kemitraannya ini.
RELA LEPAS PROVESI MENTERENG
Kunci keberhasilan usaha bakso, menurut Prabowo, tidak semata-mata karena produknya. Tapi cara pengelolaan pun berpengaruh terhadap kesuksesan. “Saya sama istri mengelola ini berdua. Kebetulan istri ahli biologi yang pernah bekerja di BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dan BSN (Badan Standarisasi Nasional), jadi dia yang membuat produk bakso. Sedangkan saya, lebih banyak berpengalaman di bidang marketing,” papar Prabowo yang memulai BSBA di tahun 2003 dengan outlet berukuran 4m2x6m2 di Ciputat, Tangerang.
Ia tak menyangka usashanya cepat berkembang. Dalam tempo 3 tahun, outletnya bertambah menjadi 10 dengan 100 orang karyawan. Istu melihat, usaha ini harus digarap dengan serius, tidak bisa dibuat bisnis sampingan lagi. Karena itu, ia merelakan ketika suaminya melepas jabatannya sebagi Vice President Lippo Bank di tahun 2006 dan menekuni usaha bakso. Langkah ini akhirnya juga diikuti Istu pada tahun 2012 dengan menanggalkan profesinya sebagai pegawai negeri di BSN.
Keputusan yang diambil Prabowo dan istrinya ternyata tepat. Setelah dikelola secara full time oleh mereka berdua, usaha bakso berkembang makin pesat. Bahkan dari hasil penjualan bakso, mereka sudah bisa membeli lahan seluas 4.000m2 di Ciputat, Tangerang. Di tempat ini pula mereka membangun gerai penjualan batik dari berbagai daerah dengan nama Batik Saya Batik Asli. Prabowo juga bisa menyekolahkan kedua anak mereka, dari hasil jualan bakso, ke Australia. “Anak saya sekarang malah bangga, kalau ditanya pekerjaan bapaknya sebagai tukang bakso.”